Jangan Lupa Komentarnya Gan...

Jumat, 09 Desember 2011

Memilih Lokasi Pembibitan Mangrove


Untuk pemulihan kembali kawasan pesisir hutan bakau yang telah rusak diperlukan campurtangan manusia dalam penyebaran tumbuhan baru dengan cara penanaman kembali kawasan tersebut. Untuk pengadaan tumbuhan baru maka dilakukan pembibitan dalam jumlah yang banyak. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan pembibitan mangrove adalah penentuan lokasi pembibitan yang tepat. Lokasi yang ideal untuk melakukan pembibitan Mangrove adalah lokasi yang tersentuh oleh pasang surut air laut.
 
Keuntungan pembibitan yang di lakukan di lokasi yang tersentuh pasang surutnya air laut, tidak perlu lagi dilakukan penyiraman, hal ini dikarenakan kondisi polibek selalu dalam keadaan lembab. Air laut yang menggenangi  bibit juga menyuplai zat hara sehingga tidak perlu lagi melakukan pemupukan. Pertumbuhan bibit yang lokasinya tersentuh oleh pasang surutnya air laut akan lebih baik dan perawatanya akan jauh lebih mudah.
Penentuan lokasi pembibitan yang tepat juga akan memudahkan dalam pemindahaan bibit ke lokasi penanaman. Sebaiknya lokasi pembibitan ti dak jauh dari lokasi penanaman, hal ini akan memudahkan dalam memindahkan bibit ke lokasi penanaman saat penanaman nantinya. Apabila lokasi bibit terlalu jauh dari lokasi penanaman, dikhawatirkan bibit akan rusak saat melakukan proses pemindahaan bibit ke lokasi penanaman tersebut.

Kelompok Pemerhati Mangrove Desa Sungai Rawa Kecamatan Sei Apit Kabupaten Siak saat ini telah melakukan pembibitan mangrove dan kelompok ini lebih memilih melakukan pembibitan di lokasi yang tersentuh oleh pasang surut air laut dan juga lokasi pembibitan yang mereka pilih tidak jauh dari lokasi rencana penanamanya.


Kamis, 01 Desember 2011

Langkah Penyelamatan Kawasan Semenanjung Kampar yang Tersisa


 
Semenanjung Kampar Merupakan Wadah dari lahan Gambut Tropis terbesar di Dunia. Berlokasi di Pantai Timur Riau meliputi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak dengan luasan kawasan melebihi 700.000 hektar yang di perkirakan menyimpan jumlah Karbon perhektarnya melebihi ekosistem lahan lainya di bumi.
Wilayah tersebut juga merupakan tempat tinggal beberapa spesies yang di lindungi, termasuk Harimau Sumatra dan Burung Rajawali Wallace. Jumlah spesies ini semakin berkurang seiring kehancuran habitatnya. Sejak tahun 2001, saat perusahaan kertas meningkatkan kegiatan penghancuran hutan mereka, Harimau tergeser dan mencari sumber makanan di daerah dekat pedesaan yang mengakibatkan timbulnya konflik dengan Manusia.
Di bagian Utara semenanjung Kampar hidup pula penduduk  asli  Suku Akit. Wilayah tersebut juga menghidupi masyarakat nelayan, pemburu dan petani yang mendiami seluruh area batas dan pinggiran jalur air. Sedangkan bagian kawasan pesisir di temukan  Adanya praktek pengambilan yang tidak terkendali terhadap berbagai jenis mangrove guna kebutuhan masyarakat maupun industri yang telah menyebabkan hampir di semua kawasan pantai mengalami penyusutan daratan oleh adanya abrasi yang kuat terhadap pantai/daratan dikarenakan mangrove yang selama ini menjadi benteng terdepan bagi penahan laju abrasi sudah semakin menipis.
Banyaknya pihak yang berkepentingan di dalam kawasan semenanjung kampar ini di pandang perlu adanya kerjasama yang saling mendukung dalam penyelamatan kawasan yang tersisa.

 Dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman pada Forum Pembentukan Kelembagaan multi pihak Semenanjung Kampar pada tanggal  09 November 2011 yang lalu di Pekanbaru  oleh Pihak Pemerintah, Perusahaan, Masyarakat dan LSM didharapkan mampu menjadi sebuah solusi nyata untuk kelestarian Kawasan  dan Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Semenanjung Kampar ke depannya.
Dengan Nota Kesepahaman ini  juga nantinya diharapkan dari berbagai pihak mampu saling bersinergi untuk tetap mengutamakan kelestarian linkungan kawasan Semenanjung Kampar ketika menjalankan kepentingannya masing-masing.